Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Budaya Megibungan Selalu Dijaga Oleh Masyarakat Karangasem Sampai Saat Ini


Liburankarangasem--Budaya Bali memang unik. Satunya yang selalumenarik perhatian wisatawan adalah Tradisi Megibung Karangasem. Budaya ini pun menjadi salah satu tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat karangasem Bahkan, menjadi salah satu wisata budaya yang populer di Bali.
Tradisi megibung Karangasem dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan berkumpul dan duduk bersama saling berbagi makan. Atau bisa dibilang sebagai tradisi makan bersama dalam satu wadah yang selalu dilakukan oleh masyarakat Karangasem, Bali. Dikenal juga dengan sebutan Bancakan.
Tradisi Megibungan
Setelah upacara adat usai, masyarakat dalam kelompok-kelompok orang duduk bersila bersama dan membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran sudah terhidang nasi lauk yang diletakkan dalam nampan atau wadah lain yang dialasi daun pisang. Mereka lalu makan sesuap demi sesuap nasi dengan tertib, sambil diselingi ngobrol-ngobrol ringan.
Sambil Diselangi Ngobrol Ringan
Pada tradisi mengibung ini tidak ada perbedaan status sosial maupun kasta, semau membaur dan makan bersama. Megibung sekarang kerap dijumpai saat prosesi berlangsungnya upacara adat dan keagamaan di karangasem. Seperti dalam upacara Dewa Yadnya. Upacara Pitra Yadnya, Upacara Bhuta Yadnya, Upacara Rsi Yadnya, Upacara Manusia Yadnya, Upacara Potong Gigi, Otonan Anak, Pernikahan, Hingga Ngaben.

Tradisi ini dimulai pada sekitar tahun 1614 Caka (1692 Masehi). Kala itu seorang Raja Karangasem,
I Gusti Anglurah Ktut Karangasem, berperang untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di Sasak (Lombok). Saat prajurit sedang istrirahat maka, Sang Raja membuat aturan untuk makan bersama dalam posisi melingkar. Raja juga turut makan bersama-sama dengan prajurit lain.
Tradisi yang bertujuan untuk mengikat kebersamaan warga ini masih turun temurun dilakukan. Bahkan telah menjadi kebanggaan masyarakat Karangasem.
Megibungan Tahun 1614 (1692 Masehi)
Ketik mengibung digelar, semua orang ikut berpartipasi mulai dari anak-anak hingga dewasa untuk memasak aneka masakan tradisional. Masakan yang diolah berbagai jenis daging, ikan serta bermacam sayuran. Semua diolah menjadi masakan tradisional seperti lawar atau ebatan.

Ada lauk khusus yang biasa disajikan yakni sate. Sate khusus untuk mengibung ini terdiri dari sembilan jenis sebagai perlambang sembilan arah mata angin. Selain menyiapkan lauk dan sayurnya, juga dipersiapkan nasi putih untuk dimakan bersama.

Setelah masakan matang, warga menyiapkan makanan di atas nampan yang sudah dialasi duan pisang. Nasi putih yang diletakkan di wadah itu disebut gibungan sedangkan lauk dan sayuranya disebut karangan atau selaan.

Sebelum mulai makan, ada etika yang perlu diperhatikan. Yaitu harus mencuci tangan terlebh dahulu, saat makan tidak boleh menjatuhkan sisa makanan dari suapan, tidak boleh mengambil makanan yang ada di sebelah kita, apabila ada yang sudah kenyang tidak boleh meninggalkan tempat atau meninggalkan temnnya.

Air minum disediakan dalam kendi tanah liat, cara meminumnya ditegukan dari ujung kendi sehingga bibir tidak menyentuh kendi. Namun sekarang lebih praktis, air kendi diganti dengan air mineral kemasan.

Sebelum memulai makan, ada etika yang perlu diperhatikan, yaitu harus mencuci tangan, Selain dilakukan oleh masyarakat Hindu di Karangasem, tradisi Mengibung juga biasa dilakuakan oleh komunitas Muslim di Karangasem. Tentu lauk yang dipakai tidak menggunakan daging babi.
Tradisi Megibung bisa menjadi pendidikan moral agar setiap elemen masyarakat selalu menjaga kebersamaan dan keakraban dalam lingkungan dan memperkaya budaya dan adat istiadat bangsa.


Post a Comment

0 Comments